Simplisia adalah
bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah
simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan
dari tanamannya.
Simplisia hewani ialah
simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Proses Pembuatan Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu pengumpulan, dan juga teknik pengumpulan.
2. Sortasi
basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-benda asing
seperti tanah, kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan bahan yang rusak.
3. Pencucian
simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air,
agar diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak.
4. Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemecahan, penyerutan, pemotongan.
5. Pengeringan
dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam
simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
6. Sortasi kering, bensa-benda asing yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan pengepakan.
7. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia
Adapun yang dimaksud dengan ekstrak adalah
sediaan yang diperoleh dengan mengektraksi senyawa aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudia
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Proses
awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan
tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat
mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal :
· Makin
halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien namun
makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk
tahapan filtrasi.
· Selama
penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi
dengan benda keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang dapat
berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi
dengan penggunaan nitrogen cair.
Tahap
selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengektraksi
kandungan zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut/cairan
penyari yang baik harus mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu murah
dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral,
tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni hanya
menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat
berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk
penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan
penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada
perusahaan obat tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan
penyari air, etanol atau etanol-air.
Setelah
itu, dilakukan tahap separasi dan pemurnian. Tujuan dari tahapan ini
adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki
semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses
pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur,
sentrifugasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.
Selanjutnya
dilakukan pemekatan dengan cara penguapan/evaporasi cairan pelarut tapi
tidak sampai pada kondisi kering, hanya sampai diperoleh ekstrak
kental/pekat.
Metode Penyarian
Metode
penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan
menggunakan alat soxhlet. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan
modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Infundasi
merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC
selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan
nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/eksrak yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari
yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Panci
infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan
aquadest sedangkan panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian
panci yang berisi bahan tidak langsung berbuhungan dengan api.
Cara
ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat
tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk
membuat ekstrak. Infusa dibuat dengan cara :
1. membasahi
bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.
2. pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama 15 menit pada suhu 90OC sampai 98OC.
Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan
di dalam sel.
3. untuk
memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia,
misalnya asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat
untuk infus kelembak.
4. penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.
Maserasi
Cairan
penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau
pelarut lain. Bila cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah
timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal
penyarian.
Keuntungan
metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama
dan penyariaannya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan
penyari sehingga kandungan kimia yang tersari terbatas). Pada metode
maserasi ini, perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi
larutan di luar butir serbuk simplisia sehingga tetap terjaga adanya
derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel
dengan larutan di luar sel.
Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu
untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi tidak ikut
terlarut dalam cairan penyari.
Perkolasi
Penyarian
dengan metode perkolasi merupakan penyarian dengan cara mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh.
Cari ini lebih baik dibanding dengan cara maserasi karena :
· aliran
cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi (mencegah terjadinya kejenuhan).
· pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).
Penyarian
dengan alat Soxhlet atau dikenal dengan nama metode Soxhletasi adalah
proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses
penguapan. Cairan penyari diisikan pada labu sedangkan serbuk simplisia
diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang
berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang
cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih, uap cairan penyari
naik ke atas melalui pipa samping kemudian diembunkan kembali oleh
pendingin tegak sehingga cairan turun kembali ke labu melalui tabung
yang berisi serbuk simplisia. Cairan yang melaui simplisia turun sambil
melarutkan zat aktif dari serbuk simplisia tersebut. Cara ini lebih
menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi
melalui pipa samping.
Keuntungan:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak.
3. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan penyari.
Kerugian:
1. Larutan
dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan
kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan peralatan untuk
mengurangi tekanan udara.
2. Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organic) sebab titik didih air 100OC harus dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya, akibatnya zat kimia rusak.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar